Oleh Nur Martono, SKp
Staf Nurse Al Amiri Hospital, Kuwait
Untuk perawat Indonesia yang saat ini tertarik ingin bekerja diluar negeri terutama di negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Timur tengah dan juga Asia, maka diperlukan kiat-kiat dan pengetahuan tambahan. Meskipun saat ini banyak lembaga baik Agency/PJTKI, Pusgunakes (Pusat Pendayagunaan Tenaga Kesehatan) Depkes RI www.tenaga-kesehatan.or.id bahkan juga lembaga pendidikan (AKPER, STIKES dan FIK/PSIK), yang mulai mengarahkan pendayagunaan dan penempatan lulusannya untuk bekerja diluar negeri. Namun kesemuanya sangat tergantung kepada kesiapan individu perawat yang bersangkutan.
Ada beberapa pengetahuan dan tips yang perlu diketahui dan mungkin saja tidak diperoleh saat perkuliahan meliputi :
1.Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
2.Test tulis keperawatan (NCLEX-RN dan CGFNS test)
3.Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
4.Pengurusan passport,visa dan persiapan keberangkatan
5.Standart gaji/salary, biaya hidup/living cost, properti, dan masalah pendidikan.
6.Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu proses/ tunggu keberangkatan.
Kesemuanya dapat dipelajari sejak masa kuliah, sehingga menginspirasi teman-teman perawat Indonesia untuk mencoba membuka cakrawala baru dalam dunia keperawatan. Terutama bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan, dari AKPER ataupun S1 Keperawatan dan diharapkan telah memiliki pengalaman bekerja minimal 2 (dua) tahun di RS/klinik. Ini semua dapat menjadi alternatif solusi sulitnya mendapatkan kesempatan berkarir sebagai perawat di Indonesia, ada baiknya mencoba untuk dapat bekerja di pelayanan klinik di RS/klinik diluar negeri .
Ada beberapa kelebihan dan peluang bagi perawat Indonesia yang berminat bekerja diluar negeri. Saat ini sebenarnya sangat banyak sekali permintaan perawat untuk bekerja diluar (job order), hanya saja permintaan tersebut belum dapat dimaksimalkan oleh perawat Indonesia. Banyak pula sebetulnya kesempatan dan keunggulan yang diperoleh bagi perawat Indonesia jika dapat bekerja diluar negeri dengan kemungkinan dapat meningkatkan pengetahuan meliputi konseptual skill, tehnikal skill dan managerial skill dalam bidang keperawatan sesuai standar internasional, peningkatan kemampuan berbahasa inggris sebagai bahasa internasional, peluang belajar/melanjutkan pendidikan diluar negeri dan peningkatan kesejahteraan perawat itu sendiri.
Namun itu semua terpulang kembali kepada motivasi dan keinginan individu perawat itu sendiri, dimana trendnya memang banyak perawat Indonesia yang saat ini banyak bekerja diluar negeri adalah mereka yang berada di usia early middle age (25 – 30 tahun) dan middle age (30 – 40 tahun). Hal ini dengan asumsi pada usia early middle age adalah perawat yang baru saja lulus pendidikan AKPER/S1 yang tentu saja mereka adalah pencari kerja dan memutuskan bekerja diluar negeri dengan motivasi pengalaman dan gaji yang lebih besar daripada bekerja di Indonesia dan perawat yang berada di middle age adalah yang selama ini tidak puas dengan kondisi bekerjanya di Indonesia dengan motivasi yang hampir sama. Kedua kelompok perawat pada usia tersebut adalah usia produktif, yang tentu saja perlu dibekali dengan pengetahuan tambahan agar dapat memotivasi dan mempermudah mereka dapat bekerja diluar negeri.
Hanya saja memang mestinya ada target-target angka dari lembaga/pengelola penempatan perawat atau PPNI sebagai organisasi profesi, misalnya dapat menjadikan hal ini dalam program yang terintegrasi. Sehingga banyaknya lulusan D3/S1 yang belum bekerja saat ini dapat dijembatani dengan Program Penempatan Perawat Indonesia diluar negeri yang terintegrasi dalam model konsursium nasional . Saat ini ada sekitar 250.000 perawat Indonesia, seandainya kita mematok target di tahun 2010 katakan saja 10%-nya bekerja diluar negeri, maka ada 25.000 perawat (saat ini baru 5.000) perawat Indonesia yang bekerja diluar negeri. Angka tersebut masih kecil sekali, jika dibandingkan 40% total perawat India dan Philipina yang bekerja di luar negaranya, dimana mereka memang terinspirasi sejak di perkuliahan.
Berikut ini merupakan informasi tambahan untuk teman-teman perawat yang berminat dan ingin mencoba untuk dapat bekerja di luar negeri :
1.Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
•Mencari peluang penempatan melalui agency atau PJTKI di Indonesia yang selama ini telah menempatkan perawat diluar negeri seperti : PT.Binawan Inti Utama, PT Amri, dsb
•Menghubungi kedubes atau lembaga asing : British Council, AUSAID
•Aktif aplikasi on-line melalui internet, www.gunamandiri.com, www.allnurses.com, www.perawat.blogspot.com, www.indonurse.blogspot.com,
•Mencari sponsor langsung bersifat individu, LSM atau kelembagaan
•Melalui pendidikan/sekolah di luar negeri
2.Test tulis keperawatan (NCLEX-RN Test dan CGFNS)
Untuk dapat mempersiapkan diri dalam test tulis keperawatan, maka secara Internasional semua negara mengadopsi model NCLEX-RN (The National Council Licensure Examination for Registered Nurses) dan CGFNS (The Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools), yang tentu saja perlu dipelajari oleh perawat Indonesia.
Test NCLEX-RN dan CGFNS ini terdiri dari rangkaian pertanyaan simultan dalam konsep keperawatan yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan (Pengkajian-Analisa-Perencanaan-Inplementasi-Evaluasi) dan 4 konsep katagori kebutuhan manusia (Safe effective care environtment – Health promotion and maintenance – Psychosocial integrity – Physiological Integrity).
NCLEX-RN test adalah test dasar entry-level untuk praktek keperawatan di 50 negara bagian USA, yang saat ini banyak diadopsi negara lain. Banyak buku-buku tentang NCLEX seperti karangan Kaplan, Saunders, Mosby, dsb. Atau kunjungi website www.nclex.com, www.nclex-rn.blogspot.com, www.kaptest.com, BELAJAR NCLEX dsb. Secara umum test ini menggunakan computer dengan model CAT (Computer Adaptive Test) dengan jumlah total pertanyaan 75 – 265 pertanyaan berupa multiple choice, dengan waktu test maksimal 5 jam. Apabila anda dapat memenuhi mimimal kompetensi dan passing grade maka dalam batas minimal 75 soal anda bisa dinyatakan lulus/tidak dan computer tersebut akan memberikan penilaian langsung, atau dengan maksimal 265 soal/maksimal 5 jam waktu test. Apabila anda berminat test NCLEX hanya dapat dilaksanakan di Hongkong(untuk kawasan Asia) atau langsung di USA. Jadual test ini bersifat individu sesuai dengan hasil aplikasi masing-masing (tidak terjadual).
Semua negara bagian di USA mensyaratkan test NCLEX-RN dan untuk lulusan S1 Keperawatan (BSN) dapat langsung untuk dapat menempuh test ini, sedangkan mereka yang lulusan AKPER/D3 Keperawatan mereka harus menempuh CGFNS test terlebih dahulu, untuk dapat bekerja di USA. Untuk negara-negara di Timur tengah mereka hanya mengadopsi soal-soal test keperawatan dari buku-buku NCLEX saja, dan tidak menggunakan test dengan model CAT/computer.
Test CGFNS dapat diaplikasi melalui www.cgfns.or , www.cgfns-info.blogspot.com untuk kawasan asia test ini dapat dilaksanakan di Jakarta (kode 192), Bangkok, Manila dan Hongkong. Test ini terjadual dan berlangsung 3 (tiga) kali setahun untuk 2 tahun terakhir (Desember 2005, Mei dan Agustus 2006, Januari, Mei dan September 2007). Secara umum untuk negara lain diluar USA tidak mensyaratkan test ini, dan setiap lulusan D3/AKPER perlu lulus test CGFNS sebelum menempuh NCLEX-RN test (tidak semua negara bagian).
.
3.Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
Setiap negara memiliki ketentuan dan requirement yang berbeda-beda tentang passing grade kemampuan bahasa Inggris perawat yang dibutuhkannya. Untuk negara-negara di Timur Tengah dan Asia, mereka tidak memerlukan passing grade hanya saja diharapkan kandidat perawat memiliki kemapuan TOEFL minimal diatas 400. Untuk negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia diharapkan dapat minimal score TOEFL 540, TOEIC 725 dan IELTS 6.5.
4.Pengurusan passport,visa dan keberangkatan
Ada baiknya setelah lulus proses seleksi lebih baik menggunakan agency/PJTKI yang memang telah berpengalaman untuk negara tujuan. Yang terpenting adalah mesti mensiapkan dokumen dan biaya, dan memiliki informasi karena setiap agency/PJTKI memiliki link/pengalalaman yang berbeda-beda, karena Agency “A” bisa masuk ke negara USA, tetapi mungkin tidak punya link ke timur tengah, atau sebaliknya. Sehingga jangan sampai kita salah memilih agency/PJTKI yang mestinya akan membantu kita.
5.Standart gaji/salary dan biaya hidup/living cost.
Perlu dipertimbangkan jangan hanya melihat besaran salary (rata2 U$ 1.000 – U$ 5.000/month), pertimbangkan juga apakah negara tempat bekerja memberlakukan tax (berapa prosentasenya), biaya hidup minimal/living cost meliputi flat/apartemen (biaya terbesar), makan dan trasportasi dan kebutuhan komunikasi dan telekomunikasi.
Pertimbangkan juga kondisi negara tujuan menjebak kita menjadi lebih berpikir bekerja diluar negeri sebagai “asset” atau malahan menjadi “liabilitas” semata.
Usahakan mendapat informasi tentang berapa salary/hour, sistem pajak/tax, biaya flat dan living costnya. Seperti kelebihan bekerja di negara-negara Timur tengah adalah free tax dan umumnya disediakan akomodasi (flat, makan dan antar jemput, serta tiket bahkan pendidikan untuk keluarga). Untuk negara-negara di Amerika, Eropa dan Australia living cost, flat dan transportasi sebaiknya diperhitungkan dengan matang. Pertimbangkan juga kesempatan untuk dapat meningkatkan jenjang pendidikan keperawatan sehingga proses pendidikan berkelanjutan (long life education) tetap berlanjut, dan mungkin saja kita bisa mendapatkan uang, pengalaman dan gelar sampai Master of Nursing di luar negeri.
6.Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu tunggu/waktu keberangkatan.
Setelah perawat dinyatakan lulus seleksi, maka ada faktor penting yang perlu dipertimbangkan melalui kesiapan fisik (lulus medical test) minimal Chest - XR (bebas TB), HCV/Hepatitis C negatif dan HIV/AIDS negatif. Kesiapan mental meliputi informasi awal tentang masing-masing keadaan sosio-kultural negara tujuan adalah penting, namun secara umum kondisi bekerja diluar negeri sangat berbeda dengan saat kita bekerja di Indonesia. Rata-rata jam kerja hampir sama 40 – 48 jam kerja/minggu, namun tuntutan pelayanan kesehatan yang professional, cepat dan akurat menuntut kita lebih disiplin dan “kerja keras”.
Perlu juga disiapkan contact person sebagai teman untuk membantu kita, terutama di negara yang bersangkutan yang lebih dulu bekerja dan memahami keadaan lingkungan sekitar tersebut. Dan culture shock, kendala bahasa, konflik di tempat kerja, isolasi antar negara, dan perasaan jauh dari keluarga dan teman adalah hal yang pasti akan dialami, tinggal bagaimana kita mensiasatinya kearah konstruktif.
Waktu tunggu saat mengikuti pelatihan hingga keberangkatan rata-rata 2 -5 tahun, sehingga saat memutuskan untuk bekerja diluar negeri tidak lantas berpikir cepat untuk berangkat. Ada baiknya selama proses pelatihan – pemberangkatan, diharapkan sambil tetap bekerja di Indonesia dengan asumsi tetap mendapatkan pengalaman dan ada penghasilan selama mengikuti proses ini.
Dengan tetap berpikir positif, yakin dan percaya bahwa pilihan bekerja diluar negeri sebagai “exit plan” adalah sebuah solusi semakin tingginya jumlah perawat kita yang tidak bekerja. Diluar perlu adanya antisipasi pasca kontrak kerja berakhir, dan adanya kemungkinan “brain drain”, dimana semakin banyak tenaga professional perawat berpindah dari Indonesia ke luar negeri. Tetapi 2 sisi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan jenjang pendidikan perawat adalah kunci dari semua permasalahan yang ada pada perawat Indonesia.
Keep Spirit On
Ada beberapa pengetahuan dan tips yang perlu diketahui dan mungkin saja tidak diperoleh saat perkuliahan meliputi :
1.Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
2.Test tulis keperawatan (NCLEX-RN dan CGFNS test)
3.Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
4.Pengurusan passport,visa dan persiapan keberangkatan
5.Standart gaji/salary, biaya hidup/living cost, properti, dan masalah pendidikan.
6.Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu proses/ tunggu keberangkatan.
Kesemuanya dapat dipelajari sejak masa kuliah, sehingga menginspirasi teman-teman perawat Indonesia untuk mencoba membuka cakrawala baru dalam dunia keperawatan. Terutama bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan, dari AKPER ataupun S1 Keperawatan dan diharapkan telah memiliki pengalaman bekerja minimal 2 (dua) tahun di RS/klinik. Ini semua dapat menjadi alternatif solusi sulitnya mendapatkan kesempatan berkarir sebagai perawat di Indonesia, ada baiknya mencoba untuk dapat bekerja di pelayanan klinik di RS/klinik diluar negeri .
Ada beberapa kelebihan dan peluang bagi perawat Indonesia yang berminat bekerja diluar negeri. Saat ini sebenarnya sangat banyak sekali permintaan perawat untuk bekerja diluar (job order), hanya saja permintaan tersebut belum dapat dimaksimalkan oleh perawat Indonesia. Banyak pula sebetulnya kesempatan dan keunggulan yang diperoleh bagi perawat Indonesia jika dapat bekerja diluar negeri dengan kemungkinan dapat meningkatkan pengetahuan meliputi konseptual skill, tehnikal skill dan managerial skill dalam bidang keperawatan sesuai standar internasional, peningkatan kemampuan berbahasa inggris sebagai bahasa internasional, peluang belajar/melanjutkan pendidikan diluar negeri dan peningkatan kesejahteraan perawat itu sendiri.
Namun itu semua terpulang kembali kepada motivasi dan keinginan individu perawat itu sendiri, dimana trendnya memang banyak perawat Indonesia yang saat ini banyak bekerja diluar negeri adalah mereka yang berada di usia early middle age (25 – 30 tahun) dan middle age (30 – 40 tahun). Hal ini dengan asumsi pada usia early middle age adalah perawat yang baru saja lulus pendidikan AKPER/S1 yang tentu saja mereka adalah pencari kerja dan memutuskan bekerja diluar negeri dengan motivasi pengalaman dan gaji yang lebih besar daripada bekerja di Indonesia dan perawat yang berada di middle age adalah yang selama ini tidak puas dengan kondisi bekerjanya di Indonesia dengan motivasi yang hampir sama. Kedua kelompok perawat pada usia tersebut adalah usia produktif, yang tentu saja perlu dibekali dengan pengetahuan tambahan agar dapat memotivasi dan mempermudah mereka dapat bekerja diluar negeri.
Hanya saja memang mestinya ada target-target angka dari lembaga/pengelola penempatan perawat atau PPNI sebagai organisasi profesi, misalnya dapat menjadikan hal ini dalam program yang terintegrasi. Sehingga banyaknya lulusan D3/S1 yang belum bekerja saat ini dapat dijembatani dengan Program Penempatan Perawat Indonesia diluar negeri yang terintegrasi dalam model konsursium nasional . Saat ini ada sekitar 250.000 perawat Indonesia, seandainya kita mematok target di tahun 2010 katakan saja 10%-nya bekerja diluar negeri, maka ada 25.000 perawat (saat ini baru 5.000) perawat Indonesia yang bekerja diluar negeri. Angka tersebut masih kecil sekali, jika dibandingkan 40% total perawat India dan Philipina yang bekerja di luar negaranya, dimana mereka memang terinspirasi sejak di perkuliahan.
Berikut ini merupakan informasi tambahan untuk teman-teman perawat yang berminat dan ingin mencoba untuk dapat bekerja di luar negeri :
1.Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
•Mencari peluang penempatan melalui agency atau PJTKI di Indonesia yang selama ini telah menempatkan perawat diluar negeri seperti : PT.Binawan Inti Utama, PT Amri, dsb
•Menghubungi kedubes atau lembaga asing : British Council, AUSAID
•Aktif aplikasi on-line melalui internet, www.gunamandiri.com, www.allnurses.com, www.perawat.blogspot.com, www.indonurse.blogspot.com,
•Mencari sponsor langsung bersifat individu, LSM atau kelembagaan
•Melalui pendidikan/sekolah di luar negeri
2.Test tulis keperawatan (NCLEX-RN Test dan CGFNS)
Untuk dapat mempersiapkan diri dalam test tulis keperawatan, maka secara Internasional semua negara mengadopsi model NCLEX-RN (The National Council Licensure Examination for Registered Nurses) dan CGFNS (The Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools), yang tentu saja perlu dipelajari oleh perawat Indonesia.
Test NCLEX-RN dan CGFNS ini terdiri dari rangkaian pertanyaan simultan dalam konsep keperawatan yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan (Pengkajian-Analisa-Perencanaan-Inplementasi-Evaluasi) dan 4 konsep katagori kebutuhan manusia (Safe effective care environtment – Health promotion and maintenance – Psychosocial integrity – Physiological Integrity).
NCLEX-RN test adalah test dasar entry-level untuk praktek keperawatan di 50 negara bagian USA, yang saat ini banyak diadopsi negara lain. Banyak buku-buku tentang NCLEX seperti karangan Kaplan, Saunders, Mosby, dsb. Atau kunjungi website www.nclex.com, www.nclex-rn.blogspot.com, www.kaptest.com, BELAJAR NCLEX dsb. Secara umum test ini menggunakan computer dengan model CAT (Computer Adaptive Test) dengan jumlah total pertanyaan 75 – 265 pertanyaan berupa multiple choice, dengan waktu test maksimal 5 jam. Apabila anda dapat memenuhi mimimal kompetensi dan passing grade maka dalam batas minimal 75 soal anda bisa dinyatakan lulus/tidak dan computer tersebut akan memberikan penilaian langsung, atau dengan maksimal 265 soal/maksimal 5 jam waktu test. Apabila anda berminat test NCLEX hanya dapat dilaksanakan di Hongkong(untuk kawasan Asia) atau langsung di USA. Jadual test ini bersifat individu sesuai dengan hasil aplikasi masing-masing (tidak terjadual).
Semua negara bagian di USA mensyaratkan test NCLEX-RN dan untuk lulusan S1 Keperawatan (BSN) dapat langsung untuk dapat menempuh test ini, sedangkan mereka yang lulusan AKPER/D3 Keperawatan mereka harus menempuh CGFNS test terlebih dahulu, untuk dapat bekerja di USA. Untuk negara-negara di Timur tengah mereka hanya mengadopsi soal-soal test keperawatan dari buku-buku NCLEX saja, dan tidak menggunakan test dengan model CAT/computer.
Test CGFNS dapat diaplikasi melalui www.cgfns.or , www.cgfns-info.blogspot.com untuk kawasan asia test ini dapat dilaksanakan di Jakarta (kode 192), Bangkok, Manila dan Hongkong. Test ini terjadual dan berlangsung 3 (tiga) kali setahun untuk 2 tahun terakhir (Desember 2005, Mei dan Agustus 2006, Januari, Mei dan September 2007). Secara umum untuk negara lain diluar USA tidak mensyaratkan test ini, dan setiap lulusan D3/AKPER perlu lulus test CGFNS sebelum menempuh NCLEX-RN test (tidak semua negara bagian).
.
3.Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
Setiap negara memiliki ketentuan dan requirement yang berbeda-beda tentang passing grade kemampuan bahasa Inggris perawat yang dibutuhkannya. Untuk negara-negara di Timur Tengah dan Asia, mereka tidak memerlukan passing grade hanya saja diharapkan kandidat perawat memiliki kemapuan TOEFL minimal diatas 400. Untuk negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia diharapkan dapat minimal score TOEFL 540, TOEIC 725 dan IELTS 6.5.
4.Pengurusan passport,visa dan keberangkatan
Ada baiknya setelah lulus proses seleksi lebih baik menggunakan agency/PJTKI yang memang telah berpengalaman untuk negara tujuan. Yang terpenting adalah mesti mensiapkan dokumen dan biaya, dan memiliki informasi karena setiap agency/PJTKI memiliki link/pengalalaman yang berbeda-beda, karena Agency “A” bisa masuk ke negara USA, tetapi mungkin tidak punya link ke timur tengah, atau sebaliknya. Sehingga jangan sampai kita salah memilih agency/PJTKI yang mestinya akan membantu kita.
5.Standart gaji/salary dan biaya hidup/living cost.
Perlu dipertimbangkan jangan hanya melihat besaran salary (rata2 U$ 1.000 – U$ 5.000/month), pertimbangkan juga apakah negara tempat bekerja memberlakukan tax (berapa prosentasenya), biaya hidup minimal/living cost meliputi flat/apartemen (biaya terbesar), makan dan trasportasi dan kebutuhan komunikasi dan telekomunikasi.
Pertimbangkan juga kondisi negara tujuan menjebak kita menjadi lebih berpikir bekerja diluar negeri sebagai “asset” atau malahan menjadi “liabilitas” semata.
Usahakan mendapat informasi tentang berapa salary/hour, sistem pajak/tax, biaya flat dan living costnya. Seperti kelebihan bekerja di negara-negara Timur tengah adalah free tax dan umumnya disediakan akomodasi (flat, makan dan antar jemput, serta tiket bahkan pendidikan untuk keluarga). Untuk negara-negara di Amerika, Eropa dan Australia living cost, flat dan transportasi sebaiknya diperhitungkan dengan matang. Pertimbangkan juga kesempatan untuk dapat meningkatkan jenjang pendidikan keperawatan sehingga proses pendidikan berkelanjutan (long life education) tetap berlanjut, dan mungkin saja kita bisa mendapatkan uang, pengalaman dan gelar sampai Master of Nursing di luar negeri.
6.Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu tunggu/waktu keberangkatan.
Setelah perawat dinyatakan lulus seleksi, maka ada faktor penting yang perlu dipertimbangkan melalui kesiapan fisik (lulus medical test) minimal Chest - XR (bebas TB), HCV/Hepatitis C negatif dan HIV/AIDS negatif. Kesiapan mental meliputi informasi awal tentang masing-masing keadaan sosio-kultural negara tujuan adalah penting, namun secara umum kondisi bekerja diluar negeri sangat berbeda dengan saat kita bekerja di Indonesia. Rata-rata jam kerja hampir sama 40 – 48 jam kerja/minggu, namun tuntutan pelayanan kesehatan yang professional, cepat dan akurat menuntut kita lebih disiplin dan “kerja keras”.
Perlu juga disiapkan contact person sebagai teman untuk membantu kita, terutama di negara yang bersangkutan yang lebih dulu bekerja dan memahami keadaan lingkungan sekitar tersebut. Dan culture shock, kendala bahasa, konflik di tempat kerja, isolasi antar negara, dan perasaan jauh dari keluarga dan teman adalah hal yang pasti akan dialami, tinggal bagaimana kita mensiasatinya kearah konstruktif.
Waktu tunggu saat mengikuti pelatihan hingga keberangkatan rata-rata 2 -5 tahun, sehingga saat memutuskan untuk bekerja diluar negeri tidak lantas berpikir cepat untuk berangkat. Ada baiknya selama proses pelatihan – pemberangkatan, diharapkan sambil tetap bekerja di Indonesia dengan asumsi tetap mendapatkan pengalaman dan ada penghasilan selama mengikuti proses ini.
Dengan tetap berpikir positif, yakin dan percaya bahwa pilihan bekerja diluar negeri sebagai “exit plan” adalah sebuah solusi semakin tingginya jumlah perawat kita yang tidak bekerja. Diluar perlu adanya antisipasi pasca kontrak kerja berakhir, dan adanya kemungkinan “brain drain”, dimana semakin banyak tenaga professional perawat berpindah dari Indonesia ke luar negeri. Tetapi 2 sisi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan jenjang pendidikan perawat adalah kunci dari semua permasalahan yang ada pada perawat Indonesia.
Keep Spirit On