Tuesday, October 24, 2006

PDA (Personal Digital Assistant) dan Keperawatan




Perawat Dan
PDA (Personal Digital Assistants) Keperawatan

" Nurses and PDA Nursing"




by : Nur Martono, BSn

PDA (Personal Digital Assistants) adalah satu alat berupa portable, yang merupakan komputer genggam dan sering ditemui di rumah sakit, terutama digunakan oleh para dokter atau mahasiswa kedokteran. Saya pertama kali melihatnya saat dokter-dokter di Kuwait melakukan round ke pasiennya, dan umumnya dokter trainee/koas di Kuwait selalu membawa PDA saat ke pasien. Namun yang lebih menarik adalah saat beberapa teman perawat Indonesia disini, ternyata telah memilikinya dan telah mencoba mengaplikasi pemanfaatan PDA dalam keperawatan. Alhasil mengasikkan juga karena dapat dengan mudah mengakses ilmu keperawatan seperti info tentang obat, tehnik tindakan keperawatan, dan asuhan keperawatan - dengan alat kecil seukuran dompet saja, yang dapat dibawa kemana-mana.

PDA ternyata semakin populer, yang pada awalnya hanya sebagai piranti genggam bersifat organizer. Namun saat ini semakin berkembang menjadi komputer saku yang dapat mengakses informasi internet, terintegrasi dengan ponsel, bahkan dapat menjadi GPS (Global Positioning System) - yang mampu memberikan informasi tentang posisi suatu obyek di bumi, dengan bantuan satelit 1)

Fuad Anis dalam blognya http://fuadanis.blogspot.com/ menjelaskan bahwa PDA (Personal Digital Assistants) berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM).

Komputer genggam (Personal Digital Assistants/PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu.

Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapat digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumah sakit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung melalui PDA, dan memberikan feedback kepada rumah sakit. 2)


PDA meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meminimalkan negligence/kelalaian

Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. "Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference. Tetapi kini sudah lebih dari sekedar melihat informasi soal obat-obatan dan dosisnya," ujar Dr Daniel Baumgart, salah seorang dosen Charite Medical School Humboldt University, Berlin, Jerman, seperti dilansir Reuters yang dikutip detiknet.

Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit.

Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja. "Masa depan dari pertukaran informasi adalah digital dan nirkabel," ujar Baumgart lagi mengakhiri
3)

Sementara dari hasil laporan survei American Psychiatric Association menunjukkan, penderita gangguan jiwa, yang tergantung pada komputer genggam/PDA dapat mempengaruhi aktivitas keseharian/activity daily living/ADL mereka. Survei ini melibatkan lebih dari 100 penderita gangguan jiwa yang dilakukan Skyscape, penyedia perangkat lunak (software) untuk bidang medis dan keperawatan.

Responden menyatakan, penggunaan PDA memberikan keuntungan karena memungkinkan petugas medis memiliki waktu lebih banyak bersama pasien. Terutama ketika masih dalam perawatan di RS, dan memperbaiki kualitas keseluruhan perawatan terhadap pasien melalui internet atau hubungan virtual.

Lebih dari 64 persen responden menggunakan PDA lebih dari empat kali dalam sehari, bahkan12 persen menggunakannya lebih dari 25 kali sehari. Beberapa program PDA berguna untuk pasien gangguan kejiwaan, seperti DSM-IV-TR. Dan sekitar 16 persen responden menyatakan, penggunaan PDA membuat mampu mengurangi kesalahan medis hingga 10 persen.
4)

PDA dan Perawat

Colleen B. Davenport, RN, MSN, 2005 menjelaskan bahwa PDA sangat berguna untuk perawat, seperti mampu meningkatkan akses informasi dan data kesehatan, serta menghemat waktu kerja. Meskipun data dari Forrester's Consumers Technographics 2003 North American Bench Mark Study mengungkapkan telah banyak perawat di Amerika Serikat yang telah menggunakan PDA (59.800 perawat di tahun 2003), namun ternyata masih banyak pula perawat yang kesulitan penggunaannya. Menurut Hebert, 1997 budaya perawat/nursing culture, computer literacy/gaptek di kalangan perawat, dan minimnya penggunaan IT (Tehnologi Informasi) dalam mengelola informasi kesehatan - menyebabkan penggunaan PDA di kalangan perawat Amerika masih rendah. 5)

Bahkan menurut Rosenthal Kelly, 2003 umumnya perawat masih enggan mengaplikasikan perlengkapan elektronik dalam praktek klinik keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan "touch" over "tech" (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.

Masih menurutnya, di tahun 2001 hanya terdapat 25.000 (1%) dari RN (Registered nurses) di Amerika Serikat yang telah menggunakan PDA. Jika dibandingkan dengan jumlah dokter yang menggunakan PDA saja, disana jumlahnya mencapai 18% di tahun 2002 dan diproyeksikan mencapai 33% di tahun 2007. 6 )

Namun perawat diakui memiliki ketrampilan dalam memanage informasi, mengumpulkan dan mengorganisasikan data pasien (Hebert, 2003). PDA dapat membantu perawat memanage informasi yang ada , dengan tentu saja membutuhkan beberapa adaptasi tehnologi. Untuk itu perawat diharapkan mengetahui adanya PDA, melihat penggunaan PDA secara langsung, dan memahami cara kerjanya. Karena sifat PDA ringan dan portable, maka perawat dapat menggunakannya langsung di tangan saat bekerja, tanpa harus selalu berada di konter keperawatan (nurses station).

Pengalaman di Kuwait dan mungkin di Indonesia pun telah ada rumah sakit yang menggunakan SIK (Sistem Informasi Kesehatan), yang terintegrasi dengan data kesehatan pasien. Di beberapa rumah sakit besar di Kuwait sistem SIK ini telah digunakan sejak 2 tahun silam, dengan mengaplikasi program dbase dengan menggunakan KgE32 sistem. Sistem ini dapat diakses dengan PDA, sehingga semua data base pasien : biodata, tanda vital/vital signs, lab, obat, diet dsb - dapat dengan mudah diakses oleh tenaga kesehatan.

Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan).

Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.

Apa Itu PDA (Personal Digital Assistants)

1. Dari Wikipedia : Sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)

2. Dari Webopedia.com : PDA ada yang menyebutnya palmtops, hand-held computers/komputer genggam, atau pocket computer/komputer saku. Merupakan alat yang mampu dipegang tangan yang mengkombinasikan fungsi komputer, telepon, fax, internet dan networking system. Umumnya PDA memiliki fungsi sebagai ponsel, pengirim fax, web browser, dan personal organizer. Tidak seperti laptop, sebagian besar PDA menggunakan sentuhan pulpen/touch screen. Ini berarti bahwa PDA memiliki kemampuan mengenal tulisan tangan, dan beberapa PDA bahkan memiliki kemampuan mengidentiikasi input suara. PDA saat ini telah pula memiliki kemampuan stylus atau keyboard. 8)

3. PDA (Personal data assistants) adalah komputer genggam yang mampu mensinkronisasikan informasi antara alat ini dengan PC/desktop komputer. Sebagian besar berbasis sentuhan pulpen dengan identifikasi tulisan tangan sebagai data entry-nya. Seperti sebagian besar alat bertehnologi mutahir, maka PDA semakin berkembang pesat - namun tetap saja berbasis aplikasi catatan harian, buku alamat, daftar kerja, memo dan kalkulator. 9)

Macam dan Jenis PDA

Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/


Apa Saja Fungsi Bantuan PDA untuk kita sebagai Perawat

  1. Perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus.
  2. Perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya.
  3. Perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan
  4. PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian. Ditambah dengan kemampuan dokumentasi naskah menggunakan MS word dan power point. Alat ini juga dilengkapi dengan games, penyimpanan e-book, musik dan photo/gambar, serta video yang terkait dengan bidang kesehatan dan keperawatan
  5. PDA sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan. Seperti telah dilakukan di Duke University School of Nursing and Arizona Health Sciences dan Robert Morris University School of Nursing (2004) di Amerika Serikat, Penggunaan PDA diwajibkan kepada dosen dan mahasiswa keperawatan dalam rangka pembelajaran mata kuliah keperawatan.
  6. Meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing).
  7. PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan
Beberapa Link Bermanfaat Untuk Perawat Dalam Aplikasi PDA :
1. Nursing Informatics Competencies Self Assessment - Nursing Informatics.com:
2. Webopedia: Online Dictionary for Computer and Internet Terms:

Download program yang gratis untuk PDA
ePocrates Drug Database (Untuk Obat).
Blood Pressure Manager (Memahami Tekanan Darah Pasien)
Medical Calculator (Untuk Perhitungan Dosis Obat)
Shots 2004 (Panduan Imunisasi Anak dan Bayi)

Download program PDA yang mesti membayar
HHM Nursing Care Plans 1.0 (Aplikasi NCP-Asuhan Keperawatan Untuk PDA)
DrugGuide (Davis's DrugGuide for Nurses) powered by Skyscape (Panduan Untuk Obat)
AACN Cardiac Medications Pocket Reference 2.0 (PDA program Untuk Obat Jantung)
Download Program PDA "Fun"
BugMe! (Untuk Catatan dan agenda harian)
Diet and Exercise Assistant (PDA untuk Diet, kalori dan gizi)
CollectiveMed.com Adalah website yang sering digunakan untuk menjadi panduan para tenaga kesehatan di Amerika
PDA cortex: The Journal of Mobile Informatics Website untuk PDA Keperawatan
PDA Buyer's Guide Reviews Website untuk Panduan membeli PDA
Brighthand Website untuk membandingkan harga-harga PDA

Dasar-Dasar Penggunaan PDA

Langkah awal menggunakan PDA sama seperti saat kita pertama mempelajari komputer/internet. Disini dibutuhkan sifat keingintahuan, kemauan dan belajar dari kesalahan adalah kuncinya. Tentu saja akan lebih baik jika kita juga bisa memilikinya.

Sebagian besar perawat secara umum masih "gaptek" tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.

Thomson of Jim’s Palm Pages (2003) memberikan arahan dasar aplikasi PDA :
  1. Bukalan item box PDA dan lihat isian komponennya, kemudian kita membaca manual/petunjuk (dalam CD). Setelah itu hubungkan PDA dengan PC/laptop, kemudian hubungkan kabel data dengan port USB di komputer, dan masukkan dalam soketnya. Kemudian biarkan sementara waktu men-charger PDA anda
  2. Ikuti petunjuk untuk menginstal software ke PC/dekstop/laptop dan lakukan hotsync (pertukaran data di PC dengan PDA , dan ini dilakukan dengan menekan tombol cradle saat PC menyala)
  3. Gunakan PDA dengan : menyalakan tombol (on/off), sesuaikan kontras tampilan layar. Lakukan sentuhan setiap icon, sambil melatih cara menulis dan simpan dalam buku harian.
  4. Bawa selalu dan gunakan PDA anda, dan mulai dari yang bersifat fun/menyenangkan dan simple/sederhana
  5. Setelah terbiasa melakukan hotsync, dan coba browse assesoris seperti tampilan tambahan, akses internet, email dsb.
Beberapa link support untuk PDA
Jim's Palm Pages
palmOne – Support
http://www.komputeraktif.com/
http://www.trendigital.com/
http://www.ilmukomputer.com/

Perawat dan Tehnologi

Pada akhirnya perawat diharapkan tetap mampu menggunakan dan menseleksi program aplikasi yang berguna dalam ruang maya. Menurut Lantz (2004) ada beberapa kriteria pemilihan program yang sebaiknya digunakan meliputi : tujuan, kemampuan audiensi program, authority (pertanggung jawaban), akurasi, objektifitas, ketepatan dan kemudahan aplikasi. Sementara menurut The Health Summit Group (1999) ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu : kredibilitas, isi, disclosure, link, desain, interaktif dan panduan. Sedangkan menurut Cader, Campbell dan Watson (2003) ada beberapa informasi yang perlu disaring atau diseleksi perawat melalui internet adalah : sumber pustaka, latar belakang penulis, bukti hasil riset, hubungan dengan praktek klinisi, sumber informasi dan link

Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.

Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA.

Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.

Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.

Daftar Pustaka

1).http://www.komputeraktif.com/%5Cnetaktif.asp?judul=NET%20AKTIF&tahun=2003&edisi=49
2)http://fuadanis.blogspot.com/2005/09/peran-teknologi-informasi-untuk.html
3).http://www.palcomtech.com/news.asp?id=320
4)http://download.mobiletren.com/index.php?mod=article_read&id=307
5)http://www.eaa-knowledge.com/ojni/ni/8_3/davenport.htm
6)http://www.findarticles.com/p/articles/mi_qa3619/is_200307/ai_n9264590
7)http://en.wikipedia.org/wiki/Personal_digital_assistant
8)http://www.webopedia.com/TERM/P/PDA.html
9)http://www.nursing.ubc.ca/Current_Students/Learning_Resources/PDAs/index.htm
10)http://www.findarticles.com/p/articles/mi_qa3619/is_200307/ai_n9264590

Sunday, October 15, 2006

Belajar Dari Perawat Philipina (Learning From Philipino Nurses)















100.000 Perawat Philipina sejak tahun 1994 bekerja di luar negaranya Contohnya (Klik Here). Bahkan 3.500 dokter Philipina melakukan aplikasi bekerja di Amerika Serikat sebagai perawat.

Berita terbaru ada 9 negara bagian US telah mencari Perawat Philipina untuk bekerja disana.

Meanwhile Philipino nurses have job order in Bahrain and Japan in 2007, and Philipines president make direct cordination and handle over all nurses problem in there.

Bahkan president Philipina langsung membuat Mahkamah Keperawatan dibawah setingkat lembaga, untuk penempatan perawat, mengingat hampir 8 juta/10% penduduk Philipina adalah sebagai migrant worker (bekerja di luar negaranya). Dan perawat adalah pekerja formal potensial yang menghasilkan income negara itu terbesar.

Perawat Indonesia di Amerika Serikat dalam jumlah sayang sekali datanya belum up date, namun rasanya mereka mendapatkan kesejahteraan yang memadai. Dengan income per jam U$ 20 - 40, katakanlah per bulan mencapai U$ 4000 - U$ 5000. Walhasil mereka tetap bekerja di 2 - 3 RS (mungkin memang model KAPITALISME) - atau Liabilitas. TAPI mereka hidup lebih dari cukup. Baca artikel Detik Perawat Indo mampu menyewa apartemen mewah
Selamat atas 15 pioneer perawat Indonesia (on the Job Training in US).


Alhamdulillah,
Bagaimana dengan PERAWAT INDONESIA lainnya ????
Apa masih saja pasrah dengan menjadi Tenaga sukarela Perawat di Puskesmas, yang dibayar gaji dibawah UMR dan Gaji dirapel - sehingga mungkin terpaksa mencari jalur alternatif, yang haram atau halal mungkin tipis batasnya.

Wallahualam

Saturday, October 14, 2006

EID MUBARAK 1427 H


Mudik Lebaran Naik Kereta "Keperawatan"

Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam, sebuah kegembiraan dan lekat dengan begitu banyak tradisi. Terlebih di Indonesia, dengan hampir 85% penduduknya mayoritas muslim. Demikian pula halnya di Negara-negara lain yang sebagian besar berpenduduk muslim seperti di Timur Tengah.

Ada nuansa yang hampir sama, tentunya seperti tradisi "mudik" untuk bersilaturahmi dengan sanak famili, tetangga, teman dan rekan profesi. Dan tak terkecuali dengan teman-teman perawat yang mungkin bekerja di kota-kota besar di Indonesia, yang sudah pasti setiap Hari Raya Idul Fitri tiba, maka selalu disibukkan dengan sebuah rutinitas yang sangat-sangat dinantikan setiap tahunnya.

Tak terkecuali dengan sebagian kecil perawat Indonesia yang sedang bermukim (sekolah dan bekerja, atau tinggal di luar negeri) – maka makna Idul Fitri dan berlebaran akan terasa lebih syahdu. Kalau saja kebetulan kita saat ini tinggal di negara-negara Timur Tengah, Malaysia, Brunei, Bangladesh, India dsb – maka nuansa berlebaran masih sedikit kental akan budaya Islam. Namun bagi teman-teman perawat yang mungkin saja sedang tinggal di Eropa, Amerika, Australia, atau Skandinavia, dsb akan terasa sekali perbedaannya.

Katakanlah saja dengan kami-kami perawat Indonesia yang di Kuwait-pun masih merasakan bahwa Lebaran di Indonesia adalah sebuah kenikmatan yang tidak "terhingga". Sehingga umumnya perawat Indonesia disini, akan meminta/request cuti tahunannya/annual leave semua di saat lebaran. Tapi kan tidak akan mungkin (MISSION IMPOSSIBLE). Karena kalau itu terjadi bisa di bayangkan 700 perawat Indonesia di Kuwait – dan belum dengan perawat lokal/Kuwait, Mesir, Tunisia yang mereka juga muslim dan umumnya akan meminta jatah cuti tahunannya di saat Idul Fitri cuti semua. Maka akan terjadi kelimpungan/lumpuh luar biasa di semua RS dan pelayanan kesehatan di negara ini.

Hal yang sama kami temui saat berbincang-bincang dengan rekan profesi perawat di Arab Saudi misalnya, mereka bahkan tidak diperkenankan mengambil cuti tahunan saat Ramadhan dan musim Haji, lebih karena tenaga perawat diperlukan "stand by" disana saat musim puncak kegiatan ibadah Haji dan Ramadhan disana.

Alhasil hanya terbayang saat Lebaran di Indonesia, makan ketupat, opor ayam, jalan-jalan saat Malam Takbiran dan menikmati libur Lebaran adalah sebuah keindahan. Jika teman-teman kebetulan berlebaran di luar Indonesia, atau mungkin masih di Indonesia, namun karena satu dan lain hal/bertugas di pelosok/pulau terpencil misalnya, akan terasa sekali jauh perbedaannya. Kuwait yang seluas Jakarta dengan penduduk 3,5 juta jiwa dan hanya 800.000 penduduk asli (sebagian besar ekspatriat), mereka kurang memiliki tradisi lebaran. Malam takbiran disini seperti malam-malam liburan (Kamis dan Jumat), tiada keramaian yang berarti, dan saat setelah Shalat Ied pun seperti "biasa saja". Paling-paling hanya kita berkunjung ke rumah teman perawat yang memiliki keluarga disini, atau ke embassy-KBRI Kuwait yang setiap tahunnya selalu mengadakan "Open House" (mungkin juga sama dengan negara lain).

Tidak akan ada acara "bersibuk-sibuk ria" mudik – mungkin hanya teman-teman perawat yang kebetulan mendapatkan cuti tahunannya saja. Dan biasanya kita-kita yang tidak dapat cuti hanya ikut "termenung" mengantarkan ke airport/bandara, sambil senyum-senyum berkhayal mudah-mudahan tahun depan bisa cuti di saat Lebaran.

Tradisi Mudik di Indonesia Dengan Kereta

Mudik akan terkait dengan persiapan H - ....., kemacetan, kesulitan mencari pembantu, booking tiket, oleh-oleh, dsb. Hal yang tidak akan dijumpai disini, tidak akan ada nuansa seperti itu. Kalau ditanyakan saya pribadi menyenangi kereta api saat mudik lebaran. Entah karena sejak dahulu dan saat kuliah terbiasa naik KRL setiap harinya , maka kereta adalah favorit pilihan mudik, meski selalu berjubel-jubel.

Setelah di Kuwait ternyata tidak pernah dijumpai Kereta Api/KRL, dimana sistem transportasi disini lebih banyak menggunakan mobil/bus. Maka terpikirlah bahwa Kereta adalah sebuah alat kendaraan berbasis massa yang memiliki makna philosofi.

Kereta terdiri dari 1-2 buah lokomotif (dengan mesin penggerak, tenaga dissel/listrik), 1 – 2 orang masinis, banyak rangkaian gerbong, restorasi dan SDM yang bekerja di dalamnya. Berbeda dengan mobil yang saat mengalami kemacetan bisa mencari "jalur alternatif/jalan tikus", maka kereta kalau anjlok/mogok satu rangkaian, maka rangkaian kereta berikutnya akan mengalami keterlambatan atau gangguan. Namun apabila semua berjalan cepat dan tepat, pasti akan sampai ditujuan.

Kereta juga terbagi menjadi : jenis kereta eksekutif, bisnis, ekonomi atau kereta barang. Kalau kita naik saja didalamnya, semua akan sampai juga ke kota tujuan. Hanya saja kalau kita naik kereta eksekutif adem, nyaman, dan cepat sampai; kalau kereta bisnis ditengah-tengahnya, kalau ekonomi wah.. payah; dan kalau kereta barang "lebih-lebih",,,,,,.Akan berbeda sekali dengan mobil, minimal meski mobil anda mewah kalau macet tentu akan sampai lebih lama. Atau terpaksa mencari-cari jalan alternatif melalui pedesaan atau persawahan.

Sama seperti kata "keperawatan" yang berkorelasi langsung dengan "perawat". Mungkin saja kalau kita assosiasikan dalam konteks philosofi sebuah kereta, maka perawat juga ada yang memiliki tingkatan/katagori, semisal dari katagori : perawat klinisi, vokasional, profesional, akademisi, riset, birokrat, politikus, entrepreneur perawat, dsb. Atau juga jenjang pendidikan SPK, D3, S1, S2, S3 bahkan Profesor Keperawatan, atau katagori-katagori lainnya. Sebenarnya secara kasat mata kita semua pun tahu mana yang masuk katagori mudik dengan kereta eksekutif, bisnis atau ekonomi. Tentu saja semua melalui sebuah perjuangan panjang dan tidak mudah, hingga seseorang mendapatkan tiket naik kereta eksekutif. Namun itu juga yang dicita-citakan setiap komponen profesi keperawatan Indonesia.Yakni agar secara masif sebanyak mungkin tercipta perawat dengan katagori eksekutif, sehingga profesi ini memiliki semangat dan harapan baru.

Rubah Haluan Kereta

Merubah haluan kereta tidak berarti selalu merubah kota yang akan dituju, tapi lebih banyak kearah set up/menset ulang pola pemikiran perawat. Rasanya bukan jamannya lagi menciptakan "complaining society" (masyarakat pengeluh), tapi mungkin akan sangat berguna apabila kita sebagai perawat menciptakan "solving society"/ "optimistm society", - yang lebih menggerakkan energi positif yang kita miliki.

Saat melihat sekelompok mahasiswa keperawatan mengadakan seminar tentang Entrepreneur Keperawatan, saat melihat individu yang berlatar belakang tehnik namun mendirikan STIKES swasta yang bervisi menempatkan lulusan dengan model "dual degree/twinning" seperti STIKES Binawan, yang saat ini banyak direplikasi oleh FIK dan PSIK Universitas Negeri di Indonesia (UI dengan Australia, Unair dengan Selandia Baru, Undip dengan Belanda, UGM dengan Jepang) - maka harapan merubah haluan itu bangkit. Sama halnya saat kemunculan program pendidikan S2 Keperawatan di FIK UI, dan semakin banyaknya mahasiswa Keperawatan Angkatan 2000 ke atas – yang dengan gamblangnya ingin bekerja sebagai perawat di luar negeri, maka keyakinan merubah haluan itu ada.

Banyak cerita teman-teman, termasuk saya setelah lebih dari satu Pelita bekerja dan berkarir menjadi perawat (baik di Institusi Pendidikan, atau pelayanan) merasakan tidak enak juga yahhh naik kereta ekonomi terus. Bahkan ada teman yang setelah sekian puluh tahun bekerja di Puskesmas, baru setelah 1-2 tahun bekerja disini bisa memiliki rumah, mulai berpikir untuk sekolah kembali, mau melakukan bisnis, bisa ibadah haji/umroh, meningkat kemampuan bahasa inggris, memahami berbagai budaya dan karakter individu/bangsa, online internet, dan terpenting memiliki tekat-keyakinan dan kepercayaan diri sebagai perawat Indonesia.

Rasanya harapan baru justru tumbuh pada LOKOMOTIF dan MASINIS Keperawatan Indonesia yang memiliki Institusi, Pemikiran, Visi dan Misi, serta para PENUMPANG yang juga memiliki pemikiran merubah kelas kereta – "jumping". Yang bisa saja dimulai sejak dari mahasiswa telah berpikir untuk bekerja, sekolah dan berkarir menjadi perawat di luar negeri sebagai jembatan/batu loncatan antar kereta. Maka Insya Allah Hari Raya Idul Fitri tahun ini, lebih baik dari tahun kemarin dan tahun depan akan lebih baik lagi : dalam tingkat keimanan, silahturahmi, pemikiran, kesejahteraan, kesehatan dan visi sebagai perawat.

Kalau mungkin 3 tahun yang lalu saat ditanyakan di salah satu AKPER di Jawa Tengah, Berapa mahasiswa yang ingin mejadi PNS (90% menjawab kompak ya), dan hanya 5% malu-malu ingin bekerja di LN, atau masih 1 – 2 STIKES/AKPER yang memproklamirkan visinya untuk menempatkan lulusannya bekerja di LN. Ada rasa senang dan gembira apabila saat ini katakanlah 50% mahasiswa perawat ingin bekerja di LN atau 50% STIKES/AKPER/PSIK/FIK di Indonesia menyatakan siap menempatkan lulusannya bekerja di luar negeri – sehingga "tour of duty" perawat Indonesia berjalan berkesinambungan.

Tentu saja hal ini akan lebih signifikan saat PPNI dan Depkes mendukung pula 100% - menjadikan satu Model Penempatan Perawat di LN adalah program masif mengatasi "pengangguran terdidik" perawat kita. Dan jangan biarkan Seleksi Alam STIKES/AKPER dan kelimpungan profesi perawat terjadi di Indonesia.

Taqqaba'llahu minna wa' minkum

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H

Mohon Maaf Lahir dan Batin


Nur Martono

Staf Nurses Al Amiri Hospital Kuwait

Thursday, October 12, 2006

South Korea Need Indonesian Man Power in Formal Sector



JAKARTA (Pos Kota) - 12 Oktober 2006

Korea Selatan (Koresl) membuka peluang kerja bagi 5.000 tenaga kerja Indonesia (TKI) sektor formal pertahun melalui Employment Permit System (EPS) yang dilakukan dengan mekanisme antar-pemerintah atau goverment to goverment (G to G), kata Dirjen Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, I Gusti Made Arka, kemarin.

Program G to G tersebut telah direalisasikan dengan ditandatanganinya kesepahaman bersama (MoU) antara Menakertrans Erman Suparno dan Menaker Korea Selatan (Korsel) Lee Sang Soo pada 9 Oktober 2006.

“MoU itu merupakan pengganti dari MoU sebelumnya yang habis masa berlakunya pada 12 Oktober 2006. Dengan sistem EPS ini maka Korsel hanya memberlakukan satu sistem penempatan yakni melalui mekanisme G to G,” jelas Arka. “Dengan demikian mekanisme penempatan private to private (P to P) yang dilakukan swasta (PJTKI/PPTKIS) akan dihentikan mulai Desember 2006.

Untuk menghindari praktik percaloan, calon TKI yang berminat bekerja di Korsel, lamaran langsung melalui PO BOX 4451 KTM 1270. Untuk sementara pendaftaran melalui Badan Pembinaan dan PelatihanTKI (BP2TKI) dan Dinas Tenaga Kerja dihentikan.

TKI akan dikenai biaya penempatan sekitar Rp 9,8 juta atau lebih murah dari biaya sebelumnya. Nantinya TKI akan mendapat upah sekitar Rp 8-10 juta, diluar upah lembur.

Dikutip dari : Harian Poskota, 12 Okt 2006

Thursday, October 05, 2006

Jepang need Nurses !!!!



Japan – Manila Pact Filipino nurses sought

Tokyo, Sept 11 (AFP)

Japan said Monday it will accept up to 400 nurses and 600 caregivers from the Philippines in a first-of-a-kind provision under a free trade agreement between the two Asian countries.

The quota will cover an initial period of two years. Tetsou Tsuji, the administrative vice labor minister, told a news conference. "We consider the numbers appropriate in the sense that they will not have an adverse effect on the labor market in Japan, " he said.

While small number, it marked the first time that Japan, which strictly control immigration, has accepted foreign workers as part of a bilateral trade pact. Japan has also been holding talks with Indonesia and other Asian countries on admitting nurses and caregivers.

The deal was signed in Helsinki on Saturday by Japanese Prime Minister Junichiro Koizumi and Philippine President Gloria Aroyo ahead of a meeting there of Asian and European Leaders.

Posted from :
Arab Times News, Tuesday 12 Sept 2006

Komentar :

Semoga dapat difollow up oleh pihak yang berwenang di Indonesia !!!!

Memang sudah sejak lama Kantor Kepresidenan Philipina dan Depkes disana sangat memperhatikan penempatan perawat Philipina di luar negeri. Semua sistem administrasi bahkan langsung di stamp/di acc oleh presidennya.
Mereka tahu bahwa 40% income Negara Philipina berasal dari revenue/kiriman uang dari tenaga kerja Philipina di luar negeri terutama terbesar dari Perawat

How about Us ??????