Sunday, July 30, 2006

PERAN PERAWAT INDONESIA DALAM PENCEGAHAN PENINGKATAN KASUS HIV/AIDS ; DIPERSIMPANGAN JALAN


PERAN PERAWAT INDONESIA DALAM PENCEGAHAN
PENINGKATAN KASUS HIV/AIDS ;
DI PERSIMPANGAN JALAN


Menurut prediksi Departemen Kesehatan (Depkes), pada 2010 HIV/AIDS di Indonesia akan menjadi epidemi dengan jumlah kasus infeksi HIV bisa mencapai satu juta hingga lima juta orang, sementara akumulatif kasus AIDS pada 2010 (sejak 1987) akan mencapai 80-130 ribu orang, dan diprediksi akan terus menggelembung 1). Indonesia bahkan dewasa ini berada pada fase awal epidemi penyakit AIDS dengan epidemi HIV yang cukup serius. Menurut data Family Health International (FHI), presentase mereka yang memiliki risiko tinggi terjangkit HIV/AIDS di Indonesia antara lain, pengguna narkoba (34 persen), PSK (tujuh persen), pelanggan PSK (31 persen), waria (satu persen), gay (delapan persen), partner group berisiko tinggi (12 persen), dan lain-lain (tujuh persen). Penyakit ini menyebar cepat di kalangan pengguna narkoba dengan suntikan, pekerja seks dan pelanggannya serta melalui kontak heteroseksual seperti halnya di Papua, demikian menurut Direktur Eksekutif UNAIDS Dr Peter Piot 2)

Sebagai contoh di Jawa Barat saja penderita HIV/AIDS sebanyak 7.000-23.262 orang sampai Juli 2006. Namun, jumlah yang tercatat, penderita HIV/AIDS di Jabar hanya 1.735 kasus, menurut Sekretaris Tim Penanggulangan AIDS Perjan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Rasmia Riwawi SpKK. Jumlah itu terdiri dari 464 penderita AIDS dan 1.289 HIV. ''Estimasi penderita HIV/AIDS memang besar,'' katanya. Baru sedikitnya penderita HIV/AIDS yang tercatat, sambung dia, salah satunya disebabkan penderita belum siap diperiksa.3)

Definisi AIDS dan Sejarah Penyebarannya

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, immuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker sehingga gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek 4)

HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (Simian Immunodeficiency Virus). Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV. Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet /sooty mangabey (SIV_sm ), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat. 5)

Jenis HIV yang lebih mematikan, yaitu HIV-1, hingga akhir-akhir ini sangat sulit untuk digolongkan. Pada Februari 1999 diumumkan bahwa kelompok peneliti dari University of Alabama - AS, telah meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus (SIV_cpz ) yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse ini berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut /Pan troglodyte troglodyte,/ yang dahulu umum di Afrika tengah-barat. Tim peneliti menegaskan bahwa ini menunjukkan simpanse adalah sumber HIV-1, dan virus ini pada suatu ketika menyeberang dari spesies simpanse ke manusia.

Telah lama diketahui bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia, dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Peneliti dari University of Alabama mengesankan bahwa HIV dapat menyeberang dari simpanse karena manusia membunuh simpanse dan memakan dagingnya. Beberapa teori lain yang diperdebatkan berpendapat bahwa HIV berpindah secara iatrogenik (diakibatkan kealpaan pihak medis), misalnya melalui percobaan medis. Satu teori yang disebarluaskan secara baik adalah bahwa vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet. 5)


Pengobatan dan Pencegahan , Pilihan yang dilematis bagi Indonesia


Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNAIDS meluncurkan rencana untuk menyediakan obat-obat antiretroviral bagi tiga juta orang di negara-negara berkembang dan mereka yang dalam transisi sebelum tahun 2005. WHO memperkirakan bahwa enam juta orang di negara-negara miskin memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV) yang telah dinikmati banyak pengidap AIDS di negara maju, namun kurang dari 300.000 orang yang menerimanya.

Tiga juta orang tewas pada tahun 2003 karena AIDS. Di Asia-Pasifik, menurut WHO, kini satu orang tewas setiap menitnya karena AIDS. Lima juta kasus baru HIV/AIDS tercatat di seluruh dunia tahun ini saja, sebagian besar di Afrika sub-Sahara, walau AIDS dengan cepat menjadi masalah besar di Cina, India, dan Rusia. Di India, di mana diperkirakan empat juta orang telah terinfeksi HIV, pemerintah mengatakan merencanakan untuk menyediakan obat-obat antiretroviral gratis bagi pasien-pasien AIDS-dengan membeli versi generik obat-obat itu dari perusahaan-perusahaan India dengan harga murah. Pada tahun pertama, pemerintah akan membelanjakan 2 miliar rupee (44 juta dollar AS) untuk pengobatan bagi 100.000 pasien di enam negara bagian India yang paling terkena AIDS. 7)

Menurut Ketua Harian Kelompok Studi AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM di sela-sela simposium ”Peningkatan Risiko Penularan HIV/AIDS pada Perempuan”, sejak 2004 pemerintah telah menyediakan obat gratis bagi pasien HIV/AIDS berupa Duviral (kombinasi 3 TC dan AZT) dan Neviral(Nevirapine). Akan tetapi, sekitar 30 persen pasien tidak cocok menggunakan obat tersebut. Ada yang mengalami alergi gatal-gatal terhadap Nevirapine atau menalami anemia karena mengonsumsi Duviral. Untuk pasien seperti ini diperlukan obat antiretroviral linik kedua atau ketiga yang harganya cukup mahal, sekitar Rp 850.000 (Efavirenz) sampai Rp 2,5 juta (Nelvinavir) per bulan, walau sudah generik.

Di Indonesia sendiri obat AIDS sekarang sudah menjadi daftar obat sosial, diproduksi sendiri oleh PT Kimia Farma sejak 8 Desember 2003 dan mendapat perhatian dari pemerintah. Sehingga obat generik AIDS dari India yang semula harganya Rp 850 ribu, sekarang dapat diperoleh dengan harga Rp 385 ribu, bahkan saat ini menjadi Rp 200 ribu harganya setelah mendapat subsidi pemerintah. Demikian menurut Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD yang menjabat Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dia juga ketua Gerakan Nasional meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS (GN-MATHA), yang telah memperjuangkan penanggulangan dan dan penanganan penderita HIV/AIDS, untuk menghasilkan obat murah antiretroviral (ARV) generik bagi pengidap HIV/AIDS di Indonesia.7)

Di kawasan Asia Tengggara, Thailand telah berhasil menahan laju pertumbuhan infeksi baru dan mampu menyediakan terapi AIDS untuk 80 persen penduduk yang memerlukan. Sedangkan Kamboja berhasil meningkatkan cakupan terapi 50 persen dalam 2 tahun. Indonesia juga berhasil meningkatkan cakupan terapi secara nyata dan merupakan salah satu dari tiga negara di kawasan Asia Tenggara yang telah berhasil memproduksi sendiri obat AIDS (antiretroviral).

Dengan melaksanakan program pencegahan dan terapi yang baik, Ditahun 2005 Thailand berhasil menurunkan jumlah infeksi baru HIV yang diperkirakan 140.000 sampai 150.000 setahun, hanya menjadi 17.000. Sejak 1984 sekitar 551.000 orang telah meninggal di Thailand karena AIDS. Namun, program penanggulangan yang efektif di negara ini kemudian juga dapat mencegah 540.000 kematian 8)

Keberhasilan Thailand, Uganda serta beberapa negara lain dalam menekan angka penularan dapat kita tiru. Intinya adalah informasi, hubungan seks yang aman serta mengurangi kemudharatan penggunaan jarum suntik di kalangan penggunaan narkoba. Kita sudah tak punya waktu lagi untuk terus berdebat. Umpama rumah kita sedang terbakar maka kita tak dapat menghabiskan waktu untuk membahas bagaimana memadamkan api, namun semua harus berusaha. Orang tua, kalangan agama, guru, tokoh masyarakat amat berperan dalam meningkatkan daya tahan keluarga terutama remaja dalam mencegah penularan HIV/AIDS. Dua jalur penting penularan yang sekarang ini terjadi adalah penggunaan narkoba dan hubungan seks yang tak aman. Kalangan kesehatan perlu diberi kesempatan untuk melakukan upaya dengan sungguh-sungguh untuk melakukan upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat. 6)

Pemerintah daerah juga diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya pada upaya penanggulangan AIDS. Selain itu, upaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna program penanggulangan AIDS harus terus diusahakan. Di beberapa daerah Indonesia prevalensi HIV/AIDS masih rendah. Namun itu tidak berarti bahwa upaya penanggulangan belum perlu dilakukan. Justru pada tingkat prevalensi rendah ini upaya pencegahan akan lebih berhasil.

Biaya yang akan timbul karena tidak melakukan upaya pencegahan (cost of inaction) sesuai dengan pengalaman masa lalu amatlah besar. Karena itulah informasi mengenai cara penularan dan upaya pencegahan sudah harus dilakukan di daerah yang prevalensi HIV/AIDS masih rendah. 8)


Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan promosi kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Ini menegaskan bahwa Paradigma Sehat dengan Visi Indonesia Sehat-nya tersebut sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta,

Selanjutnya masing-masing program termasuk Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program kegiatannya, serta sasaran atau target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu ditetapkan Visi Promosi kesehatan yaitu : Berkembangnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Misinya adalah: (1) Melakukan advokasi kebijakan publik yang berdampak positif pada kesehatan; (2) Mensosialisasikan pesan-pesan kesehatan; (3) Mendorong gerakan-gerakan sehat di masyarakat; 9)

Peran Perawat Dalam Penanggulangan AIDS ; di persimpangan jalan

Sudah puluhan dokter, artis, tokoh masyarakat yang peduli dan mendirikan LSM atau Lembaga pemerintah yang bergerak dalam memerangi pengobatan, penanggulangan dan perawatan pasien AIDS/HIV di Indonesia saat ini; kemana perawat Indonesia ???
Banyak pastinya perawat yang bekerja di semua RS di Indonesia yang saat ini telah berpengalaman dalam menangani pasien AIDS/HIV, namun sudahkah advokasi publik atau masyarakat mengenal mereka ???

Lantas akan semakin berderet pertanyaan guna merefleksikan peran profesi dalam masalah ini, apakah memang tidak ada tokoh perawat yang siap dan berpengalaman dan sanggup dikenal publik dan masyarakat dalam penanggulangan AIDS/HIV, ataukah perawat memang profesi yang masih malu-malu mengakui keprofesiannya ???? Sebuah Autorefleksi

Masyarakat telah mengenal beberapa nama :
  1. Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM dengan POKDISUS AIDS-nya http://www.pokdisus-aids.org/
  2. Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD dengan (GN-MATHA)
  3. Artis : Nurul Arifin http://www.nurularifin.com/ind/
  4. Baby Jim Aditya S yang juga artis http://www.babyjimaditya.com/
Dan banyak ratusan yayasan lainnya yang bergerak di advokasi dan perawatan penderita ODHA, tetapi entahlah mungkin saja ada yang dikelola oleh perawat.


Bergabungnya para dokter, perawat, apoteker serta relawan merupakan wahana untuk saling memahami, menghargai serta meningkatkan kerjasama dalam penanggulangan dan pengobatan AIDS. Kerjasama yang baik ini akan merupakan, modal kuat untuk melayani masyarakat. 10)

Kedekatan perawat dengan para pasien HIV memang menjadi kunci dalam proses kesembuhan pasien. Peran perawat memang dianggap wajar sebagai bagian dari tugas atau pekerjaan yang memang harus dilaksanakan. Nyatanya, menjadi perawat pasien HIV/AIDS tak sekadar menjalankan kewajiban. Frekuensi pertemuan yang rutin diban¬ding para dokter yang membuat perawat berubah menjadi 'perawat plus.' 9)

Jika selama ini peran pendamping atau sukarelawan yang banyak disorot, peran perawat HIV/AIDS pun sudah sepatutnya mendapat perhatian. Rugaiyah atau biasa disapa Ria, 38, adalah salah satu 16 perawat pasien HIV/AIDS Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSU Dr Soetomo Surabaya yang menerima piagam penghargaan dari Gubernur Jawa Timur, Imam Oetomo, pekan lalu, ini mungkin tak seban¬ding jika dibandingkan dengan risiko yang harus mereka terima. Risiko tertular membuat banyak perawat segan tatkala ditugaskan di UPIPI. Alih alih ada juga yang rela memilih keluar pekerjaan. "Kalau perawatnya saja takut, bagaimana dengan keluarganya? Tugas kami di awal awal UPIPI berdiri memang berat," kenang Ria. 9)

Untuk itu diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan HIV/AIDS difokuskan pada tersusunnya Pedoman Asuhan Keperawatan pasien dengan HIV/AIDS, meningkatnya kemampuan perawatan dalam melayani pasien dengan HIV/AIDS serta makin banyaknya perawat yang terlibat dalam upaya upaya penanganan HIV/AIDS di Indonesia. 12)

Penanganan HIV/AIDS dengan ARV saat ini terdapat beberapa kendala terutama kelemahan pada sistem kesehatan, termasuk kurangnya jumlah tenaga professional kesehatan. Hal ini sering menjadikan alasan rasional untuk mengadakan pelatihan kepada tenaga pekerja kesehatan di masyarakat (Community Health Workers) dalam rangka membantu dalam pemberian ARV dan memonitor kepatuhan (adherence). Disaat yang sama terjadi pertumbuhan jumlah perawat disejumlah negara yang belum diberdayakan untuk meningkatkan access dalam upaya preventive, perawatan (care) dan pengobatan (treatment) AIDS. Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia, dilihat dari pertumbuhan lulusan sekolah perawat cukup tinggi.

Tahun 1997 CDC melaporkan 52 kasus petugas kesehatan lain HIV akibat kecelakaan ditempat kerja, sedangkan 114 orang petugas kesehatan lain diduga terinfeksi ditempat kerja. ICN 2005 melaporkan bahwa estimasi sekitar 19-35 % semua kematian pegawai kesehatan pemerintah di Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Sedangkan di Indonesia data ini tidak tersedia dengan baik. Namun dari kejadian itu resiko pada perawat paling besar tertular terutama akibat dari terpapar cairan dan tertusuk jarum, sehigga berkembang upaya untuk mencegah terinfeksi pasca paparan HIV termasuk di Indonesia. 13)

Dampak dari HIV/AIDS juga memicu faktor migrasi pekerja kesehatan di sub sahara Afrika, dengan akibat tidak langsung menyebabkan peningkatan beban kerja makin perawat. Di Indonesia belum terjadi migrasi perawat sebagai dampak HIV/AIDS, tetapi yang lebih mengemuka adalah tidak terpenuhinya standar-standar yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS dan masih banyak pula stigma serta diskriminasi pelayanan yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien HIV/AIDS di Indonesia. 8)

Pada akhirnya PPNI sangat concerned dengan pertumbuhan jumlah orang yang menderita HIV/AIDS, saat ini estimasui dunia menjadi 16 juta orang serta pada tahun 2020 menjadi 20 juta orang. Terutama sekali PPNI conserned pada bagaimana access terhadap upaya preventive, perawatan dan pengobatan pada pasien HIV/AIDS sesuai dengan standar baik di RS maupun di masyarakat.13)

Untuk itu peran perawat dalam advokasi AIDS lebih akan berdampak ganda (mengurangi resiko infeksi nosokomial AIDS dan meningkatkan peran dalam preventif, promoti dan rehabilitatif) dalam penanggualangan AIDS/HIV, misalnya dengan jalan :
  1. Membuat LSM atau lembaga penelitian AIDS/HIV
  2. Advokasi KIE (komunikasi-informasi dan edukasi) lewat website/internet
  3. Mengadakan pelatihan/seminar publik
  4. Menjaring tokoh perawat Indonesia dalam penanggulangan AIDS/HIV agar masyarakat lebih mengenal keperawatan lebih maju dan modern
  5. Mengoptimalkan pemanfaatan dana hibah/grant lewat bidang keperawatan AIDS/HIV
  6. Membuat SOP Askep AIDS/HIV
Hingga pada akhirnya peran perawat Indonesia dalam penanggulangan, perawatan, pencegahan dan pengobatan AIDS/HIV menuju jalan maju, tidak ragu ke kanan dan ke kiri, terlebih lagi mundur kebelakang.



Nur Martono

http://www.nurmartono.blogspot.com/

http://www.belajarnclexbersama.blogspot.com/

ADVERTISE

DICARI TOKOH PERAWAT
DICARI PERAWAT
DICARI KOMUNITAS NURSING BLOGGER

Untuk bergabung bersama dalam tim manajement mengembangkan website :

www.carehiv-aidsindonesia.com







DAFTAR PUSTAKA
1) http://www.gatra.com/artikel.php?id=95752
2) http://www.cybermq.com/cybermq/detail_topikutama.php?id=114&noid=2
3) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=256706&kat_id=90
4) http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0604_aids.htm Apa yang perlu kita ketahui tentang AIDS, Dr. Edi Patmini SS
5) http://spiritia.or.id/Asalusul.php
6) http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/agu/2004/pms02.htm
7) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=167629&kat_id=85&kat_id1=&kat_id2=
8) http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/apr/2006/pms02.htm Penanggulangan AIDS Memasuki Babak Baru, Samsuridjal Djauzi,
9) http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mbrtpage109.html Cerita Remaja Indonesia - Situs Informasi Kesehatan Seksual dan Masalah Sosial Remaja
10) http://www.pokdisus-aids.org/pel_penata_HIV.htm
11) http://www.bnn.go.id/konten.php?nama=Berita&op=detail_berita&id=233&mn=6&smn=a Alokasi Dana untuk Obat Antiviral
12) http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=66 KEGIATAN WORKSHOP ASOSIASI/PERSATUAN PERAWAT
NEGARA NEGARA YANG MEMPUNYAI PROJEK KERJA SAMA DENGAN CANADIAN NURSES ASSOCIATION (CNA)
13) http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=Forums&file=viewtopic&t=28 HIV dan AIDS, Forum Index, Harif Fadilah

1 comment:

S E S A said...

Thanks for the article.nama saya ni made jendri, saya seorang perawat juga konselor HIV, saya menangani ODHA sejak 2005.saya menjadi ketua pembina sebuah yayasan peduli HIV namanya "Yayasan Hidup Positif" ThankGod terpilih menjadi SSR dari PKBI,funding GF.we've many ideas, plan and activity to support health people and commit to support MDGs.wish me luck, wish us luck.Thanks