Sunday, March 18, 2007

How Much Money We Pay Back ???



How Much Money We Pay Back ???

Kembali saya selalu menerima email dari David Chiang, seorang konsultan keuangan yang memang ahli di bidangnya. Lantas jadi teringat tentang pertanyaan yang menggelitik di benak kita, seberapa pantas kah remittance yang diperoleh kita di negara asing seperti Kuwait mesti dikembalikan lagi ??.

Memang tidak ada yang normatif, namun naïf rasanya kalau ada ketidak proporsionalan penggunaan financial kita sebagai pekerja di negara asing seperti Kuwait.

Kenapa kita mesti mensoroti soal ini, jangan tanyakan kepada mereka yang bestatus TKI informal seperti para housemaid di sini, yang hampir 50.000 orang jumlahnya, dengan gaji 40 KD/bulan. Semisal dikembalikan kepada kita sebagai perawat , dengan income yang memadai diatas rata-rata kelas menengah di Indonesia (berpenghasilan lebih dari U$ 600/bulan) - maka semuanya menjadi semu saat remittance-nya tidak berimbang.

Kalau saja semisal 1/2 saja income kita disini dihabiskan di negeri ini kembali, Apakah proporsional- itu pertanyaannya ? . Akan lebih baik semisal remittance yang diperoleh di kembalikan ke tanah air sendiri dalam beragam bentuk aset dan investasi, atau pun kalau mau berupa "liabilitas" habiskan saja di Indonesia (ekstrimnya).

Menurut pengamatan ada 3 katagori TKI di sini :

  1. Live and Long live in overseas, dengan kecenderungan penggunaan sebagian besar (lebih dari 3/4 income) digunakan di negara dimana dia bermukim sekarang. Tapi tidak di Kuwait, karena akses pemilikan properti tidak diberikan kepada ekspatriat. Ini sebenarnya menjerat kita menggunakan instrumen investasi yang keliru, karena bagaimanapun investasi yang menarik tetap ada di Indonesia.
  2. In the middle area, mungkin 1/2 – 1/2 (nus-nus), dengan bisa jadi berkeluarga atau pun single namun pemanfaatan living cost atau biaya hidup yang belum ter-manage. Sehingga masih tanpa disadari terjadi cost uneffectiveness, yang sebenarnya dapat dihindari.
  3. Indonesia minded, dengan asumsi 1/3 dari income yang diperoleh dipergunakan di Kuwait sedang sisanya dikembalikan ke Indonesia dalam berbagai bentuk investasi dan aset.

Hal ini lebih baik dapat ditelaah, karena lebih cepat menelaahnya menurut pendapat saya lebih baik. Bayangkan ada seorang teman perawat India yang telah masuk katagori 1, telah bekerja hampir 20 tahun di negara ini. Dia harus membayar flat 150 kd per bulan, living cost, makan, transportasi dll 100 kd saja, maka total perbulan 250 kd. Kita tidak perlu mensoroti berapa persentase liabilitasnya, cukup mengkalkulasi berapa kd yang dikembalikan lagi ke negara ini. Itu berarti 250 x 12 bln x 20 tahun = 60.000 kd kan yah ??? Kalau itu di konversikan ke rupiah, wah tidak muat di perhitungan hp saya.

Kita tidak mensoroti berapa uang, aset dan investasi yang dimiliki oleh perawat India itu setelah 20 tahun kerja keras. Tetap menurut David Chiang yang terpenting bukan seberapa besar income kita, tapi seberapa smart finansial planning-nya katanya. Buat saya yang awam hanya bertanya, berapa banyak uang kita yang dikembalikan lagi ke negara ini ???

Wallahualam

Sedang hang out tentang nursing

 
Berikut lampiran email nya :
 
 
Date: 15 Mar 2007 17:31:05 -0000 To:"Nur Martono" 
Subject: Menunda Kesenangan Demi Investasi From:"David Ciang"
 
Salam sejahtera,
 
Hari ini saya hendak membahas mengenai salah satu penelitian menarik 
yang dilakukan di luar negeri. Dalam penelitian ini, dikumpulkanlah
sejumlah anak kecil ke dalam satu ruangan. Setiap anak ditawarkan
sebuah permen cokelat dan diberikan dua buah pilihan. Sang anak
boleh langsung memakan permen cokelat tersebut atau menunggu selama
30 menit. Bagi yang bersedia menunggu hingga 30 menit akan diberikan
dua buah permen cokelat.
 
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian anak bersedia menunggu
untuk mendapatkan dua buah permen cokelat. 
 
Kemudian penelitian dilanjutkan pada 30 tahun selanjutnya untuk
melihat situasi anak-anak yang langsung memakan permen cokelat
tersebut atau menunggu 30 menit. Ternyata, yang menarik disini
adalah anak-anak yang bersedia menunggu memiliki kualitas kehidupan
yang lebih baik. Mereka lulus dengan nilai yang lebih tinggi,
menjadi karyawan yang lebih baik, ataupun menjadi pengusaha yang
lebih sukses.
 
Yang perlu diperhatikan dari penelitian ini adalah kemampuan
dari anak-anak untuk menunda kesenangan mereka. Kita semua tahu
anak-anak pasti suka permen cokelat. Disini mereka harus menahan 
keinginan mereka untuk memakan permen tersebut selama 30 menit
untuk mendapatkan satu buah permen tambahan.
 
Bagaimana dengan Anda?
 
Katakanlah anda mendapatkan rejeki, seperti bonus 
akhir tahun, sebesar 10 juta rupiah. Apa yang akan Anda lakukan?
 
Apakah anda langsung berbelanja dan menghabiskan 
seluruh 10 juta rupiah itu?
 
Atau anda dapat menahan kesenangan, dan menginvestasikan 10 juta rupiah tersebut?
Katakanlah dana tersebut
ditaruh ke reksa dana saham dengan rata-rata return 18% per tahun. 
Uang tersebut akan menjadi 20 juta rupiah dalam waktu 4 tahun.
 
Disini kemampuan menunda kesenangan akan berpengaruh besar.Apabila 
Bapak Nur Martono tidak dapat menahan keinginan untuk 
berbelanja, maka dalam bulan itu juga seluruh uang tersebut akan 
habis. Bahkan orang cenderung berbelanja lebih banyak daripada yang 
dia dapatkan.
 
Perlu diingat bahwa dalam pengelolaan keuangan pribadi yang
benar, kita harus menyimpan minimal 10% dari seluruh uang
yang kita dapatkan untuk ditabung atau diinvestasikan. Dalam
kasus diatas, kita harus dapat menyisihkan minimal satu juta
rupiah untuk ditabung.
 
Jadi, sebelum kita berbelanja, pisahkanlah antara apa saja
yang termasuk kebutuhan, dan apa saja yang termasuk keinginan.
Kita boleh membeli barang-barang yang memang kita butuhkan. Namun
sebisa mungkin tundalah pembelian barang-barang yang hanya untuk 
kesenangan. Dengan demikian maka kita bisa mendapatkan lebih banyak
uang yang bisa kita investasikan.
 
Sekian dulu artikel saya untuk hari ini. Sampai jumpa pada 
kesempatan berikutnya.
 
Regards,
 
 
 
David Ciang
http://www.keuanganpribadi.com?id=eva
Situs ini diperkenalkan oleh Eva Novita











No comments: