Wednesday, October 01, 2008

AS dan Wallstreet KELEWAT RAKUS = GREED


AS dan Wallstreet kelewat RAKUS = GREED

INILAH.COM, Jakarta -

Dampak berantai pailitnya Lehman Brothers dan krisis keuangan yang dialami Merrill Lynch menyebar ke seantero bumi seperti virus ganas yang mengancam stabilitas sistem finansial global. 


Lembaga-lembaga yang memiliki kaitan bisnis dengan Lehman kini mengumumkan kerugian mereka dalam skala fantastis. Ironisnya, ekonomi ortodoks gagal meramalkan semua kekacauan ini.

Nilai utang Lehman mencapai US$ 613 miliar AS, sekitar US$ 200 miliar di antaranya adalah pinjaman yang diberikan oleh sepuluh bank di Jepang dan China. Senilai US$ 46 miliar lainnya merupakan piutang dari perusahaan asuransi Jepang. 

Bank-bank dan perusahaan asuransi itu kini mulai menghitung kerugian (potensial) mereka yang tidak bisa ditutupi lagi. Itu sama artinya bahwa krisis di Amerika ini akan menular ke negara lain. 

Di Amerika sendiri, berkembang spekulasi mengenai masa depan dua bank investasi ternama lainnya, JP Morgan dan Goldman Sachs. Gerangan apa kiranya yang akan dialami keduanya dalam waktu dekat, kini menjadi perhatian pelaku pasar. 

Tapi, sebagian besar percaya JP Morgan dan Goldman Sachs tidak memiliki kemewahan untuk bertahan dari terpaan krisis keuangan ini, kecuali otoritas keuangan negara itu turun tangan.

Banyak pimpinan puncak perusahaan percaya bahwa kekacauan yang ditimbulkan oleh krisis finansial ini lebih dalam dari yang terjadi di 1997. Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membereskan dampak yang ditimbulkan dari kematian Lehman ini.

Sementara gubernur bank sentral negara-negara industri kini ketar ketir melihat perkembangan pasar keuangan yang sudah tidak dapat dikontrol lagi.
Mereka baru sadar bahwa sebagian dari instrumen utang saat ini tidak memiliki aturan dan terlalu liar. 

Calon presiden Partai Republik, McCain, mengaku baru sadar kalau Wall Street terlalu serakah mengejar keuntungan. Wall Street tidak hanya serakah, tapi juga kelewat banyak memainkan utang, sehingga struktur bisnis di sana gampang runtuh hanya oleh satu kesalahan sepele, mirip rumah kartu yang ambruk hanya oleh satu tiupan.

Bayangkan, total nilai transaksi utang dunia saat ini US$ 700 triliun yang pusatnya ada di Wall Street. Angka ini 10 kali lipat dari pendapatan ( GNP) seluruh negara jika digabungkan. Utang ini telah melewati batas kemampuan sistem ekonomi untuk menyerapnya. Mungkin inilah yang disebut oleh kearifan masa lalu sebagai besar pasak dari tiang.

Tapi ironisnya, ekonomi ortodoks tak mampu meramalkan dampak yang ditimbulkannya, padahal tanda-tandanya sudah terlihat setahun silam (krisis subprime mortgage). Institusi pengawas dan para akademisi gagal mengantisipasi dan memberi solusi bagi kehancuran ekonomi yang timbulkan oleh utang yang bertumpuk tumpuk ini.
Pelajaran :
1. Hati-hati mengelola hutang dan waspada tanda-tanda bubling ekonomi
2. Jangan terlampau serakah = rakus = gear dalam sektor keuangan, lebih  baik menahan diri sesuaikan dengan cash flow
3. Jangan silau dengan aset, terutama properti terlebih yang berbasis  hutang.
4. Pantau terus portofolio anda - pecah2, jangan terlalu serakah dalam satu instrument portofolio
5. Kedepan ekonomi akan semakin membara











No comments: