Thursday, November 27, 2008

Saat jaring investor ritel, 5 jutaan- why not??


Saatnya Jaring Investor Ritel (perorangan), saatnya menabung 5 juta dalam bentuk SAHAM ???

Koran Seputar Indonesia, SINDO

SEJAK krisis finansial melanda dunia, transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) menurun drastis. Jika dalam kondisi normal transaksi harian bisa mencapai Rp3 triliun– Rp4 triliun, saat ini hanya di kisaran Rp1,5 triliun. 

Dampak dari penurunan transaksi yang signifikan tersebut sangat dirasakan perusahaan sekuritas.Terbukti, kinerja mereka tahun ini jatuh. Bahkan,Trimegah Securities harus rela menanggung rugi Rp9 miliar sepanjang Januari– September 2008. 

Padahal, salah satu sekuritas terbesar ini pada periode yang sama tahun lalu masih membukukan laba bersih Rp60,72 miliar. Meski tidak bisa menghindar, terlihat bahwa seluruh pelaku pasar modal tengah berusaha untuk keluar dari tekanan krisis. Berbagai macam cara ditempuh,mulai dari usulan merger antar sekuritas, seruan relaksasi aturan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD),sampai efisiensi seperti pemangkasan gaji direksi dan komisaris.

Yang mengerikan tentu saja ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan sekuritas. Kendati Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Lily Widjaja menjamin bahwa PHK adalah jalan terakhir yang akan ditempuh. Kalau ada opsi lain, perusahaan sekuritas tidak akan melakukan hal itu, begitu katanya. 

Sepinya transaksi di lantai bursa memang membuat kran pemasukan perusahaan sekuritas tersumbat. Sementara bisnis perusahaan sekuritas lainnya, yakni penjaminan emisi, juga sulit diandalkan di tengah kondisi seperti ini. Di sela-sela perhelatan Investor Summit & Capital Market Expo 2008 yang baru saja berakhir,Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany menyerukan agar investor domestik mau masuk dan bertransaksi di pasarmodal, setelah investor asing banyak yang hengkang. 

”Kalau bisa, investor domestik masuk secara masif untuk investasi jangka panjang. Bukannya kita tidak percaya asing, tapi kalau investor domestik masuk ramai-ramai kan lebih bagus untuk memperkuat pasar modal kita,”ujarnya. Apa yang dikatakan Ketua Bapepam-LK sangat tepat. 

Namun, persoalannya bagaimana bisa menggaet investor domestik di tengah ketidakpastian ekonomi seperti ini? Pada saat normal saja, orang Indonesia yang punya dana enggan menanamkan modalnya di pasar modal. Sebenarnya, imbauan agar investor domestik kembali masuk ke pasar bukan baru kali ini dilontarkan. 

Bahkan, mungkin kita sudah bosan mendengar otoritas, analis maupun kalangan pelaku pasar mengumandangkan bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk masuk karena harga saham sudah sedemikian murah. Bagi investor yang sudah lama menjadi pemain pasar modal, tentu mereka sudah mengerti. Hanya, sebagian besar terbentur soal pendanaan.

Tidak sedikit dari mereka yang ingin masuk tetapi dananya sudah habis. Artinya, kalau harus mengejar mereka untuk menjadi target penggerak transaksi pasar, pasti tidak mungkin. Jalan yang mungkin ditempuh perusahaan sekuritas adalah mencari investor ritel (baru) yang mempunyai dana tunai. Kita yakin bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah banyak yang mempunyai kelebihan uang,tapi jumlahnya tidak lebih dari Rp10 juta.

Nah,kenapa pula perusahaan sekuritas tidak memikirkan untuk mulai menurunkan syarat setoran awal pembukaan rekening nasabah? Angka moderatnya sekitar Rp5 juta, karena rata-rata saat ini perusahaan sekuritas mematok setoran awal sebesar Rp10 juta sampai Rp25 juta. Angka tersebut bagi sebagian orang masih terlalu besar. 

Padahal tidak sedikit dari mereka yang juga ingin menjadi investor pasar modal. ”Ide untuk menurunkan setoran saya kira cukup menarik di tengah situasi krisis ini. Itu ide yang bagus, kita akan gulirkan ke anggota APEI,”tandas Lily. 

Dukungan Ketua Umum APEI terhadap penurunan setoran awal nasabah mencerminkan perusahaan sekuritas memang membutuhkan investor-investor baru untuk bisa menambah fee transaksinya. Namun, dia menyarankan agar para broker harus menyarankan para investor ritel tersebut menanamkan investasinya ke perusahaan- perusahaan yang profitable. 

”Jangan mengarahkan ke saham saham gorengan dan hanya dengan modal Rp5 juta, jangan dikasih margin agar mereka bisa menjadi investor jangka panjang,”sarannya. Jika ide ini diimplementasikan, tentu akan banyak masyarakat Indonesia yang menjadi investor pasar modal. 

Saat ini, tercatat hanya Indopremier Securities yang baru menerapkan setoran awal sebesar Rp5 juta pada IPOT - sistem online trading-nya. Kita berharap para perusahaan sekuritas bisa memanfaatkan momentum yang cukup tepat ini untuk menarik lebih banyak masyarakat Indonesia berinvestasi di pasar modal. 

Jika hal ini tercapai, tidak menutup kemungkinan lima tahun ke depan, kita bisa mendengar banyak cerita sukses dari mereka yang dulu hidupnya pas-pasan menjadi seorang jutawan atau bahkan miliarder.Kenapa tidak?


comment :
saat krisis, kan butuh inovasi dan pemikiran kreatif, batas bawah 10% dan atas 20% juga terjadi saat IHSG krisis, jadi kenapa tidak ???
Melibatkan retail atau perorangan,,,mungkin saja kan suatu saat PNS honorer gol II A juga bisa memiliki saham ???
Terus terang saat ini "asing" dan "aseng" saja yang berminat dan atraktif dengan investasi saham. Salah siapa ??? jawabannya salah sendiri kenapa tidak berminat ???
Dan memang mestinya juga BEI dan pemerintah, serta sekuritas menciptakan iklim investasi saham yang atraktif.
Pengenalan trading saham di mahasiswa dan kalangan kampus seperti di Indostock.co.id sudah bagus, karena mereka generasi mendatang.
Tinggal kalau dengan 5 juta orang sudah dapat memiliki account saham, kan menarik juga --- "sedikit lama-lama menjadi bukit bukan ???"








No comments: