Pemikiran Ekspansif, Menjelajah di Dunia Baru
Sebenarnya sejak jaman nenek moyang dahulu, kita telah diajarkan tentang pemikiran ekspansif, menjelajah dan berusaha melakukan sesuatu di wilayah atau di teritorial yang baru. Bisa jadi sebuah wilayah yang memang asing buat kita, bahkan tidak terpikirkan sebelumnya.
Sebelumnya saya sendiri tidak ada terpikirkan menjadi TKI di Kuwait, terlebih saat pertama lulus kuliah. Atau tidak terlintaskan sebelumnya untuk menjadi investor dan trading saham, saat itu hanya terpikirkan bagaimana dapat lulus kuliah dan "bekerja".
Namun sepertinya siklus kehidupan memang seperti air mengalir, mencari jalan2 berliku membentuk pola-pola aliran. Setelah menjalani kehidupan bekerja, saat ini hampir 10 tahun ada rasa dan pemikiran yang terkadang muncul spontan dan di alam bawah sadar kita.
Pemikiran ekspansif, mencoba hal yang acap kali belum terpikirkan sebelumnya. Saham adalah bentuk portofolio yang semula tidak masuk dalam hitungan saya, 5 tahun yang lalu. Sepertinya memang ada setelah portofolio yang lain alhamdulillah perlahan telah saya peroleh, sedikit-sedikit dari hasil menabung.
Saya sendiri terkadang prihatin melihat beberapa rekan yang ada di Kuwait masih saja belum menyadari jebakan portofolio di dalam kehidupannya. Tak terasa mungkin mereka telah ada yang hampir 15 tahun menjalani siklus bekerja di Kuwait, namun adakah pemikiran ekspansifnya berjalan ??? entahlah ......
Sebenarnya saya juga menyadari bukan kapasitas saya untuk merubah pemikiran apalagi pola-pola pendidikan yang acap kali dibangun sejak usia pra sekolah, sekolah dan dewasa. Amat sangat sulit sekali, terutama saat saya memberlakukan untuk diri sendiri...Contohnya untuk saya disiplin investasi saja sangat lah berat.
Sebenarnya ada beban moral menjadi TKI adalah menghasilkan devisa untuk RI, dan bukan menghabiskan devisa tersebut. Ada rekan saya yang saat ini bekerja di Dubai yang mengeluhkan setelah bekerja hampir 5 tahun, dia mengaku belum memiliki satu pun aset di Indonesia. Saat saya tanyakan : kok bisa ???dikemanakan saja ???
Rekan tersebut menjawab bahwa untuk keluarga....Maksudnya wujudnya apa ???saya tanyakan kembali, dengan rasa penasaran. Dia katakan untuk adik-adiknya biaya kuliah, menikahkan, memperbaiki rumah orang tuanya dsb.
Saya katakan kembali, memang teman tersebut rencananya ingin bekerja di Dubai berapa lama ???Apa target finansialnya ???Bagaimana rencana portofolio kedepan.... semua pertanyaan yang teman saya kaget dan tentu saja tidak mampu menjawabnya.
Akhirnya pemikiran 1/3 dalam pengelolaan harta atau aset yang diajarkan Rasulullah, coba saja diterapkan, saran saya :
Nasihat ini sendiri berasal dari hadits Rasulullah SAW yang panjang sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah RA, dari nabi SAW, beliau bersabda, “ Pada suatu hari seorang laki-laki berjalan-jalan di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan :” Hujanilah kebun Fulan.” (suara tersebut bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit, lantas menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu meneliti air (dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di kebunnya. Dia memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada pemilik kebun : “wahai Abdullah (hamba Allah), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulan- yaitu nama yang dia dengar di awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang inilah airnya. Suara itu menyatakan : Siramlah kebun Fulan – namamu-. Apa yang engkau lakukan terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab :”Bila kamu berkata demikian, sesungguhnya aku menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan keluargaku memakan daripadanya sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini (sebagai modal penanamannya)”. (HR. Muslim).
Bagaimana kita bisa memperoleh pertolongan Allah dengan awan khusus tersebut ?, kuncinya ya yang di hadits itu : kita bersama keluarga kita hanya mengkonsumsi sepertiga dari hasil kerja kita. Sepertiganya lagi kita investasikan kembali, dan yang sepertiga kita sedeqahkan ke sekeliling kita yang membutuhkannya.
Andai saja, kita sebagai perawat mau mempelajari pelajaran finansial, investasi dan bisnis; mungkin saja kita tidak perlu seumur hidup menjalani profesi kita sebagai perawat, pemikiran ekspansif, menjelajah dunia baru.
No comments:
Post a Comment